Eksistensialisme di Neon Genesis Evangelion.
Evangelion - Pengenalan Eksistensialisme
Last updated: 3 weeks ago
Neon Genesis Evangelion: Antara Robot, Trauma, dan Eksistensi
“Pernah nggak sih lo nonton anime, yang harusnya seru-seruan lawan monster, eh malah bikin lo kepikiran ‘gua ini sebenernya hidup buat apa?’
Kalau iya, kemungkinan besar lo baru kelar nonton Neon Genesis Evangelion.”
Halo semua! Kali ini gw bakal ngebahas salah satu anime paling legendaris, paling absurd, dan paling bikin kepala pusing: Neon Genesis Evangelion.
Anime ini pertama kali tayang tahun 1995, dan entah sejak kapan? Nih anime jadi semacam ritual wajib buat wibu yang pengen naik kasta. Yang kalau kata orang-orang:
“Lo belum nonton Evangelion, lo belum bisa disebut wibu sepuh.”
Tapi pertanyaannya:
Kenapa Evangelion bisa segitu spesialnya?
Kenapa orang bilang anime ini bukan sekadar tontonan, tapi juga pengalaman hidup?
Nah, di video kali ini, gw bakal bongkar Evangelion dari cerita, karakter, simbolisme, sampai dampaknya ke industri anime dan ke penontonnya.
Bab 1 – Latar Belakang & Hideaki Anno
Sebelum kita masuk ke ceritanya, kita harus kenal dulu sama orang di balik Evangelion: Hideaki Anno.
Waktu bikin anime ini, Anno lagi berada di titik terendah hidupnya. Dia kena depresi berat. Bahkan katanya dia sempet vakum dari industri karena udah bener-bener nggak punya motivasi.
Tapi daripada nyerah, Anno malah masukin semua rasa sakit, kecemasan, dan keputusasaannya ke sebuah anime. Dan hasilnya? Lahirlah Neon Genesis Evangelion.
Jadi kalau biasanya anime dibuat buat laku di pasar, bisa dibilang Evangelion punya tujuan yang beda. Dia lahir dari hati yang hancur, dari insomnia, dari kepala yang penuh pertanyaan eksistensial.
Dan justru itu yang bikin Evangelion punya rasa jujur, real, dan akhirnya meledak jadi fenomena global.
Bab 2 – Premis Cerita
Kalau diliat sekilas, Evangelion punya premis standar:
- Ada monster raksasa yang disebut Angel.
- Manusia bikin robot gede bernama Evangelion (Eva) buat ngelawan mereka.
- Pilot robotnya? Anak-anak remaja.
Tokoh utama kita, Shinji Ikari, dipaksa jadi pilot Eva 01 oleh ayahnya, Gendo Ikari, yang super dingin dan manipulatif.
Kedengerannya kayak anime mecha biasa? Robot lawan monster, berantem, menang, selesai.
Tapi begitu kalian nonton lebih jauh, kalian bakal sadar:
Pertarungan sesungguhnya bukan Eva lawan Angel, tapi karakter-karakternya lawan trauma mereka sendiri.
Bab 3 – Karakter dan Psikologi
Ini bagian paling ikonik dari Evangelion. Karakter-karakternya bukan pahlawan sempurna. Mereka rusak, rapuh, dan kadang bikin penonton kesel. Tapi justru itu yang bikin mereka relatable.
Shinji Ikari – Si Anak Insecure
Shinji sering dianggap karakter paling ngeselin. Dia gampang nangis, suka kabur, nggak berani ambil tanggung jawab. Tapi kalau kita lihat lebih dalam, Shinji itu representasi anak remaja yang kehilangan kasih sayang orang tua, tumbuh dengan rasa takut ditolak, dan desperate cari pengakuan.
Dia adalah cermin dari banyak orang yang merasa “nggak cukup baik buat ngelakuin sesuatu”.Asuka Langley – Si Narsis Rapuh
Asuka emang keliatannya percaya diri, sombong, bahkan arogan. Tapi sebenernya, dia gampang hancur. Dalam psikologi, ini disebut narcissistic defense: keliatan sombong, padahal cuma nutupin rasa rendah diri yang dalam.
Ada adegan ikonik waktu Asuka breakdown di akhir cerita—dan itu jadi salah satu momennya paling kuat di anime ini.Rei Ayanami – Si Krisis Identitas
Rei adalah klon. Eksistensinya sendiri udah bikin dia bingung: pertanyaan “Gue ini siapa?” adalah pertanyaan Rei mewakili krisis identitas manusia modern. Dia adalah simbol orang yang kehilangan arah, ngerasa hidupnya cuma jadi alat buat orang lain.Misato Katsuragi – Coping Mechanism Berjalan
Di luar, Misato keliatan dewasa, fun, suka bercanda. Tapi sebenernya, dia pakai semua itu buat nutupin trauma masa lalu. Alkohol, pesta, humor—itu semua cara dia kaburnya dari kenyataan.Gendo Ikari – Si Obsesi Dingin
Gendo, bapaknya Shinji, adalah salah satu karakter paling manipulatif di anime. Semua tindakannya didorong oleh obsesi: pengen reuni sama istrinya, Yui, dengan cara apa pun. Dia rela ngorbanin anaknya sendiri.Kaworu Nagisa – Simbol Harapan
Kaworu muncul sebentar, tapi dampaknya luar biasa. Dia adalah pilot Eva kelima sekaligus Angel terakhir. Kehadirannya jadi titik balik buat Shinji. Kaworu nunjukkin kasih sayang tanpa syarat, sesuatu yang nggak pernah Shinji dapat dari ayahnya.
Bab 4 – Simbolisme Agama dan Budaya
Evangelion penuh simbol: salib, AT Field, LCL, Lilith, Adam, sampai konsep malaikat.
Hideaki Anno pernah bilang, simbol itu dipakai bukan buat nyeritain agama, tapi biar keliatan eksotis. Tetep aja, hasilnya adalah anime dengan nuansa mistis dan filosofis.
Contoh:
- AT Field bisa dibaca sebagai metafora batas psikologis manusia—tembok tak terlihat yang bikin kita nggak bisa bener-bener connect sama orang lain.
- LCL bisa dimaknai sebagai “cairan asal kehidupan”. Simbol balik ke rahim, tempat manusia merasa aman.
Bab 5 – Human Instrumentality Project
Inti dari Evangelion ada di proyek misterius ini.
Human Instrumentality Project adalah rencana untuk menyatukan seluruh jiwa manusia jadi satu kesadaran. Tujuannya: nggak ada lagi kesepian, nggak ada konflik.
Masalahnya, kalau semua jadi satu, artinya identitas lo juga hilang. Lo nggak ada lagi sebagai individu.
Dilema eksistensial muncul:
- Lebih baik sakit tapi tetap jadi diri sendiri?
- Atau hilang dalam kesatuan supaya nggak sakit lagi?
Shinji akhirnya memilih untuk tetap jadi individu, walaupun itu berarti harus menanggung rasa sakit. Pilihan itu jadi pesan besar Evangelion: hidup itu sakit, tapi tetap layak dijalani.
Bab 6 – Ending Kontroversial
Ending Evangelion terkenal bikin bingung.
- Episode 25–26 dari seri TV awal malah isinya introspeksi psikologis Shinji, bukan pertempuran. Penonton banyak yang kecewa.
- Lalu muncullah film The End of Evangelion (1997), yang jadi versi “nyata” ending. Brutal, penuh simbolisme, dan bikin trauma banyak penonton.
Tahun 2007–2021 lahir seri film Rebuild of Evangelion. Empat film ini adalah reinterpretasi cerita, dengan ending yang lebih optimis. Di film terakhir, Evangelion 3.0+1.0 Thrice Upon a Time, Shinji akhirnya bisa benar-benar move on dan berdamai dengan dirinya sendiri.
Bab 7 – Dampak ke Industri Anime
Evangelion ngerubah cara orang lihat anime.
Sebelumnya, mecha identik dengan hiburan anak-anak. Setelah Eva, mecha jadi media eksplorasi trauma dan psikologi.
Seri kayak RahXephon, Darling in the Franxx, bahkan Gurren Lagann jelas banget ngambil inspirasi dari Eva.
Evangelion juga ngebuktiin bahwa anime bisa jadi karya serius, bahkan setara sastra atau film arthouse.
Bab 8 – Dampak ke Penonton
Evangelion punya dua sisi dampak:
- Negatif: bikin penonton overthinking, hampa, bahkan depresi. Banyak orang bilang mereka ngerasa kosong setelah nonton.
- Positif: bikin orang ngerasa dipahami. Banyak yang bilang, “Akhirnya ada anime yang nunjukin perasaan gue.”
Evangelion juga bantu normalisasi percakapan soal depresi, terutama di Jepang tahun 90-an, di mana topik itu masih tabu.
Bab 9 – Studi Akademis
Evangelion bukan cuma tontonan, tapi juga bahan riset.
- Kajian psikoanalisis melihat Eva sebagai drama keluarga disfungsional global.
- Kajian filsafat menghubungkan Eva ke Sartre dan Camus.
- Kajian budaya melihat Eva sebagai simbol kecemasan Jepang pas ekonomi mereka jatuh di tahun 90-an.
Bab 10 – Relevansi di Era Modern
Kenapa Evangelion masih relevan hari ini?
Karena isu yang dia bawa nggak pernah basi: rasa kesepian, krisis identitas, trauma keluarga, dan pencarian makna hidup.
Di era media sosial, kita justru makin sering ngerasain isolasi, meski selalu “online”. Evangelion kayak jadi cermin buat generasi sekarang yang sering tanya:
“Apa gue cukup? Apa gue berarti buat orang lain?”
Closing
Musik pelan, suara narasi dalam
Jadi, apa itu Evangelion?
- Di permukaan, anime robot lawan monster.
- Di dalam, terapi psikologi tentang trauma dan eksistensi.
- Di industri, revolusi yang bikin anime naik kelas.
- Buat penonton, pengalaman emosional yang nyisa seumur hidup.
Evangelion itu absurd, bikin frustrasi, kadang bikin benci. Tapi justru karena itu, dia nempel. Dia bikin lo mikir, bikin lo ngaca, bahkan bikin lo nggak nyaman sama diri sendiri.
Dan mungkin, itulah kenapa Evangelion disebut anime elit. Karena nggak semua orang sanggup nerima rasa sakit yang dia bawa.
Outro
Oke guys, segitu dulu pembahasan panjang kita soal Neon Genesis Evangelion.
Kalau lo udah pernah nonton, coba tulis di komentar: apa momen paling ngena buat lo?
Kalau belum… siap-siap, perjalanan lo bakal jauh lebih berat daripada sekadar nonton anime robot biasa.
Jangan lupa like, share, dan subscribe. Sampai ketemu di video berikutnya, dan ingat: Hidup itu sakit, tapi tetap layak dijalani.